Saturday, September 17, 2011

Terperpleksi

Salaam. Paling rajinlaa kan, buat entri. Sanggup curi sedikit masa berehat untuk melakukan sesuatu sesia-sia ini. Darn I hate to say I am an addicted blogger!

Beberapa jam lalu, saya dikejutkan dengan suatu insiden yang sangat mengguris hati. Mangsanya; none other but me and I’ve to say that this particular incident is the most shocking so far.

Masa tu, mau balik dari Dataran Merdeka. Memandangkan saya berada di posisi depan, jadi paling first turun. Di kanan dan kiri ada beberapa orang kawan yang tinggal serumah dengan saya dan some of them went earlier down than me. I shouted, “Wait for me!!!”. They replied me by laughing and thus, leaving me behind in total blankness. “See you at the bus~”, they added. Gosh, I was like being bulleted with buckshot and stood silently. I didn’t know how to respond to such condition.

Nasib baik, nampak Aaron. Kesian dia, Ooi kata mengalami hyperventilation. Saya ndak pernah dengar apa tu hyperventilation (ejaan betul benda ni pun, autocorrect yang buatkan). Ooi kata kelebihan oksigen dalam badan. Poor Aaron. Jadi saya jalan dengan dia.

Dekat dua hari lalu, dia kejang seluruh badan. Dr Hayati sebagai fasilitator terus call Din suruh tinjau-tinjau keadaan dia. Kami yang sedang asyik layan muvi ‘Saw’ terus taat. Waktu tu sudah jam satu pagi.  Mula-mula, ingat Aaron tu junior, jadi ndakla masuk tengok. Bila John keluar, we instantaneously knew that it was the senior Aaron. Kami langsung buka selipar dan masuk. Kesian bha, seluruh badannya kejang. Muka merah menahan sakit, air mata mengalir menahan pedih. Nda dapat bayang, oh.

Last-last, dua orang mamat badan besar datang dan minta tolong usung Aaron ke bawah sebab kunun, bas paramedik sudah sampai. Without any question at all, we put Aaron in a mattress and off we went down to the 1st floor. Pintu slaid van sudah ternganga. Senanglah kerja menyumbat Aaron masuk. Dia dihantar ke Hospital Selayang, tidak silap saya.

Oops, sudah lari tajuk. HAHAHAHA--

Funny Ooi, he refused to hop in to a typical express bus because Lil Ooi wanted a double-decker (so did I). We waited for a double-decker behind the express bus Ooi rejected. And it seemed that we were not the only double-decker cravers. Ramai neh, rupanya mau naik dan rasa benda yang sama.

Ooi, sorry.

In it, I asked Din to take a photo of me using his 12 Megapixels Nokia N8. Here's the after-edited version;


What a cosy shit this bus is. With TVs, and two air-conditioners per seat, none would ever reject to ride on such fancy. As we passed another buses, I felt proud and heightened. Yalah, bas sudah dua tingkat dan 1.3 kali lebih tinggi dari bas biasa. Hehehe. Had there been a coffee, it would the most perfect bus ride, I’ll give you that.

Berkenaan perihal ditinggalkan tu, I stopped on thinking about it. Childish and it only brings tears to my eyes (wiping #manlytears). It’s the price that I need to pay to change.



^P/S: Bas dua tingkat yang pertama saya adalah Hwa Lean Express, semasa berusia 10 tahun.

2 comments:

NadJoliey said...

Memang best woo nek bas double decker!! Paling siok la mau tidur.. HAHA. Port paling best mau tidur d bhgn bawah tu..

P/S: Banyak juga pengalaman sy dapat d Putrajaya. Ada happy, ada sedih..

P/S 2: Pasal kena tinggal tuh, ko tau kan mcm mana sakitnya perasaan 2.. Kalau kali kedua ko kena, mesti ko kuatkan diri n kawal ja perasaan.. Jangan ja buat sama orang lain - dengan sengaja (walaupun pada sudut pandangan ko benda tu lucu - mungkin), sebab ko sendiri tau mcm mana perasaan 2 suda kan...

Pencabar Samudra said...

Yaaaaaaa.. bahagian atas ada single seat, dengan dua set air-conditioners. Geronimoooooooo!!

P/S: Saya kebanyakannya, tersakit.

P/S: I will never do that to a friend. Eventhough they are not anticipating me to wait them, I will wait.